Keamanan RI Dapat Penilaian Tinggi, Peluang Investasi Diyakini Kian Terbuka

Jakarta

Penguatan aspek keamanan nasional dinilai semakin membuka peluang investasi bagi Indonesia, terutama setelah sejumlah data global dan domestik menunjukkan tren positif. Penilaian yang membaik ini diyakini menjadi modal penting pemerintah dalam memperbaiki iklim usaha dan menarik arus modal baru.

Isu keamanan sebelumnya kembali mencuat setelah Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu menyoroti maraknya praktik premanisme yang menghambat minat investor. Ia menilai iklim investasi sulit berkembang jika dunia usaha masih berhadapan dengan gangguan keamanan dan lemahnya kepastian penegakan hukum.

Kementerian Investasi/BKPM mencatat nilai investasi yang tidak terealisasi (unrealized investment) sepanjang 2014-2024 mencapai Rp1.500-2.000 triliun. Todotua menyebut persoalan perizinan, tumpang tindih kebijakan, hingga iklim usaha yang tidak kondusif sebagai faktor yang membuat investor enggan melanjutkan penanaman modalnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menekankan bahwa praktik premanisme menjadi salah satu faktor paling meresahkan bagi pelaku usaha dan kerap membuat investor memilih negara lain sebagai lokasi investasi. Todotua menyebut konsolidasi besar-besaran di seluruh lini pemerintahan diperlukan untuk memastikan keamanan yang stabil bagi kegiatan ekonomi.

Dampak gangguan keamanan ini terlihat dari incremental capital output ratio (ICOR) Indonesia yang masih berada di level 5,79, lebih tinggi dari Vietnam (4,6) dan Malaysia (4,5). Semakin tinggi ICOR, semakin besar biaya investasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi tertentu.

Wakil Dekan FEB UI, Kiki Verico, menilai peningkatan efisiensi investasi dapat dicapai jika Indonesia memperkuat forward participation dalam rantai pasok global. “Vietnam berhasil mengadopsi pendekatan forward participation sehingga mampu memproduksi lebih banyak barang akhir untuk ekspor,” ujarnya dalam diskusi Investor Daily Summit 2025, Sabtu (15/11/2025).

Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno juga menilai kepastian keamanan harus mendapat perhatian serius untuk memberikan rasa aman kepada dunia usaha. Ia menegaskan kepolisian menjadi tulang punggung dalam menjamin keamanan investasi dan mencegah praktik premanisme mengganggu kegiatan ekonomi.

Menurut Eddy, ketegasan aparat menjadi sinyal penting bahwa negara tidak menoleransi tindakan yang merugikan pelaku usaha. “Ketegasan aparat memberantas premanisme sampai ke akarnya sudah cukup ampuh tanpa perlu mengubah legislasinya,” ujarnya dikutip dari laman MPR RI, Minggu (27/4).

Di ranah global, penguatan keamanan Indonesia turut tercermin dalam Gallup Global Safety Report 2025, yang mencatat skor 89 untuk Indonesia dalam Law and Order Index. Skor tersebut menempatkan RI dalam kategori Very High Safety Countries, sejajar dengan Hong Kong, Taiwan, Portugal, Jerman, UEA, dan Kuwait.

Indeks Gallup menilai empat aspek utama keamanan, yakni kepercayaan masyarakat terhadap polisi, rasa aman berjalan malam hari, pengalaman menjadi korban pencurian, dan pengalaman menjadi korban penyerangan fisik. Dengan skor 89, Indonesia berada di posisi ke-16 terbaik dunia dalam stabilitas keamanan dan rasa aman publik.

“Keamanan nasional dengan rasa aman dan kepercayaan kepada polisi tergolong tinggi,” tulis CEO Gallup Jon Clifton dalam laporan yang dikutip Sabtu (15/11). Penilaian ini disebut memberi sinyal positif bagi negara-negara berkembang yang membutuhkan stabilitas keamanan sebagai daya tarik investasi.

Di dalam negeri, survei Litbang Kompas menunjukkan tingkat kepercayaan publik terhadap Polri mencapai 76,2% pada Oktober 2025. Mayoritas responden menyatakan percaya atau sangat percaya terhadap kualitas penegakan hukum dan layanan keamanan yang diberikan kepolisian.

“Hasil penelitian yang menempatkan kepercayaan publik di angka 76,2% adalah capaian yang patut disyukuri,” kata Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko, Jumat (14/11). Ia menyebut penguatan rasa aman publik menjadi fondasi penting bagi perbaikan iklim investasi.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2025 mencapai 5,04% (y-on-y), menunjukkan ekspansi moderat di tengah tekanan global. Pemerintah berharap konsistensi penegakan hukum dan peningkatan kualitas keamanan dapat menyerap peluang investasi yang selama ini tertahan.

(tor/whn)

  • Related Posts

    Gempa M 4,2 Guncang Kodi di Sumba NTT

    Jakarta – Gempa magnitudo (M) 4,2 terjadi di Kodi, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pusat gempa berada kedalaman 52 km. “193 km Barat Daya Kodi-Sumba Bart Daya-NTT,” tulis…

    Dubes Ungkap Makna Khusus Bilateral RI-Tunisia, Ungkit Kisah Sukarno

    Jakarta – Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi, mengatakan hubungan bilateral Indonesia-Tunisia mempunyai makna khusus tersendiri. Zuhairi mengatakan hal itu ditandai dengan persahabatan pemimpin besar Indonesia dan…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *