Profil Rahmah El Yunusiyyah: Tokoh Pendidikan dan Emansipasi Perempuan dari Negeri Kabau Sirah

NAMA Rahmah El Yunusiyyah menjadi salah satu dari sepuluh nama yang dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Presiden Prabowo Subianto pada momentum Hari Pahlawan 10 November ini. Usul menjadikan Rahmah sebagai pahlawan nasional bukan pertama kali dilakukan.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Keluarga dan pengurus Diniyyah Puteri Padang Panjang tiga kali mengusulkan Rahmah agar diberikan gelar pahlawan nasional. Namun, pemerintah kala itu tak menyetujui. Rahmah hanya diberikan penghargaan Bintang Mahaputera Pratama dan Mahaputera Adipradana pada 2013 silam.

Semasa hidupnya, Rahmah dikenal sebagai tokoh perempuan penggerak pendidikan dan emansipasi perempuan. Ia membangun Perguruan Diniyyah Puteri di Padang Panjang pada 1923. Sekolah itu merupakan pesantren khusus perempuan pertama di Asia dan telah mencetak lulusan yang kelak menjadi tokoh.

Beberapa lulusan pesantren yang didirikan Rahmah ialah H.R. Rasuna Said sampai Nurhayati Subakat, pembuat kosmetik merek Wardah. Rahmah El Yunusiyyah lahir di Padang Panjang pada 16 Oktober 1900 dan meninggal dunia pada 26 Februari 1969.

Pada masa revolusi fisik, Rahmah memiliki peran ganda, yakni sebagai guru di pesantren sekaligus pejuang. Dia mempelopori pembentukan unit perbekalan bagi Tentara Keamanan Rakyat di Padang Panjang. Tanggung jawabnya tak hanya pada urusan bekal, tapi juga persenjataan.

Pesantren khusus perempuan yang dibangun Rahmah terdengar sampai ke Mesir. Universitas Al Azhar di Kairo kemudian menyematkan gelar Syekhak bagi Rahmah. Kala itu, belum pernah ada perempuan yang diakui sebagai syekh atau ulama besar.

Dalam buku 55 Tahun Diniyyah Puteri, Leo Salim dan kolega menuliskan jika pemerintah kolonial Hindia Belanda sempat menawari bantuan dana untuk operasional pesantren yang dibangun Rahmah. Namun, tawaran itu ditolak Rahmah dengan mengatakan pesantrennya akan hidup dengan sendirinya tanpa bantuan pemerintah.

Sebetulnya, alasan penolakan tersebut dilatari atas kekhawatiran Rahmah terhadap campur tangan pemerintah kolonial Hindia Belanda yang berpotensi turut serta dalam urusan pengajaran. Sebab, Leo Salim dalam bukunya menuliskan, jika Diniyyah Puteri memang sering diintai pemerintah.

Rahmah membangun pesantren Diniyyah Puteri hanya dengan bantuan kakaknya, Zainuddin Labay. Pada saat dibuka 1, November 1923, Diniyyah Puteri dihuni oleh 70 murid perempuan.

Adapun penetapan nama Rahmah El Yunusiyyah sebagai pahlawan nasional tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 116/TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

“Memutuskan, menetapkan dan seterusnya. Satu, memberikan gelar Pahlawan Nasional Kepada mereka yang namanya tersebut. Keputusan ini sebagai penghargaan dan penghormatan yang tinggi atas jasa yang luar biasa untuk kepentingan mewujudkan kesatuan dan kesatuan bangsa,” ujar Sekretaris Militer Presiden Wahyu Yudhayana di Istana Negara, Jakarta pada Senin, 10 November 2025.

Fachri Hamzah dari Sumatera Barat berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Pilihan editor: Linimasa Rencana Pemberian Gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto

  • Related Posts

    ICW: Keluarga Soeharto Tidak Layak Dapat Tunjangan Gelar Pahlawan

    KEPALA Divisi Advokasi Indonesia Corruption Watch (ICW) Egi Primayogha menyatakan keluarga mantan presiden Soeharto tidak layak mendapatkan tunjangan gelar pahlawan nasional yang akan diberikan negara sebesar Rp 57 juta per…

    BNN Ungkap Bandar Pantau Situasi Kampung Narkoba Pakai Drone

    Jakarta – Badan Narkotika Nasional (BNN) RI menyita drone dalam operasi penindakan narkoba. Drone tersebut digunakan bandar narkoba untuk memantau wilayah sekitarnya. “Barang bukti satu unit drone yang diduga untuk…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *