
Wamenkomdigi sebut kehadiran AI bawa dampak pada industri media
- Kamis, 25 September 2025 14:02 WIB
- waktu baca 3 menit

Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menilai perkembangan kecerdasan artifisial (AI) membawa dampak besar sekaligus tantangan terhadap industri media, mulai dari produksi konten hingga model bisnis.
Nezar menjelaskan, pada abad ke-21 AI mengalami perkembangan pesat hingga kini teknologi tersebut bisa memadukan gambar, audio, dan teks untuk menciptakan video atau foto yang realistis.
“Kita lihat bagaimana perkembangan teknologi ini mengubah hubungan-hubungan profesional dan hubungan produksi tang ada di dalam korporasi ataupun di dalam industri. Inilah yang mengguncangkan banyak sisi dari masyarakat, termasuk juga jurnalisme,” kata Nezar di Jakarta Selatan pada Kamis.
Dia menilai, di era digital seperti saat ini, industri media mengalami tantangan berat. Pertama, berasal dari platform media sosial yang mengambil alih kontrol terhadap audiens.
“Dulu di media cetak ada hubungan emosional yang kuat antara pembaca dan media. Lalu datang platform media sosial yang mengontrol audiens. Sekarang direct traffic ke situs sangat kecil karena rata-rata sebagian besar distribusi konten media lewat platform media sosial,” ucap Nezar.
Tantangan kedua yakni kemunculan AI generatif yang mampu memproduksi konten secara otomatis. AI generatif kini mampu membuat ringkasan hingga naskah berita dari data-data yang telah diolah.
“Hanya reporter yang dibutuhkan (untuk memproduksi berita). Untuk pengolahan data dan lainnya itu bisa dikerjakan oleh generative AI. Platform-platform aplikasi AI bisa mengubah bahan-bahan itu dan menjadi tulisan,” ucapnya.
Baca juga: Perpres AI ditargetkan masuk tahap harmonisasi akhir September 2025
Hal tersebut, dinilai menimbulkan persoalan terkait hak cipta karena AI mampu meniru gaya penulisan situs-situs penerbit berita. Fenomena misinformasi juga marak karena siapapun dapat membuat konten berita tanpa jaminan kredibilitas.
“Muncul apa yang kita kenal sebagai information disorder atau kekacauan informasi. Karena apa? Kita tidak tahu lagi mana informasi yang benar atau tidak benar. Apalagi dengan AI, kita tidak tahu apakah ini produk buatan AI atau ini produk yang dibuat oleh manusia,” kata Nezar.
Dia menyoroti, media internasional mulai melakukan langkah antisipasi dalam menghadapi perkembangan teknologi AI. New York Times misalnya yang beradaptasi dengan mengubah entitasnya menjadi perusahaan teknologi.
“Jadi struktur organisasinya berubah. Konten hanya sub dari tech company karena mereka melawan platform media sosial. Makanya kita kalau cari New York Times di Google, kita cuma dapat ringkasan (berita) kecil saja, selanjutnya kalau Anda mau baca harus berlangganan,” kata Nezar.
Baca juga: Wamenkomdigi kemukakan potensi pemanfaatan AI di perguruan tinggi
Selain itu, sejumlah media internasional juga mulai membangun koalisi untuk menjaga otentisitas konten jurnalistik, termasuk membedakan karya yang dibuat oleh jurnalis dengan yang sepenuhnya diproduksi AI. Para penerbit tersebut juga sepakat untuk mencegah mesin AI untuk menghimpun data dari situs berita mereka.
Nezar menegaskan, dalam memproduksi konten berita, jurnalisme tetap memiliki keunggulan dibanding AI yaitu disiplin verifikasi.
“Disiplin verifikasi ini yang paling penting dan hanya para profesional yang mendedikasikan dirinya untuk mencari akurasi, kebenaran dalam laporan yang bisa dilakukan dengan sungguh-sungguh,” tegasnya.
Pemerintah, kata dia, telah menyiapkan peta jalan nasional AI yang diharapkan mampu mendorong pemanfaatan teknologi secara etis dan bertanggung jawab.
“Kita berharap industri media bisa adaptif dengan perubahan-perubahan yang terjadi ini,” ucapnya.
Baca juga: Kemarin IIBF dimulai, IMOS 2025 dibuka
Baca juga: Wamenkomdigi sebut peta jalan untuk antisipasi dampak perkembangan AI
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
Populer, Menjaga “nyawa” jurnalisme visual-dana hilirisasi 794 riset
- 19 September 2025
Menjaga “nyawa” jurnalisme visual
- 18 September 2025
Wamenkomdigi sebut verifikasi pembeda jurnalisme dengan konten AI
- 3 September 2025
Buka Kongres PWI, Wamenkomdigi tekankan pentingnya persatuan
- 30 Agustus 2025
Rekomendasi lain
Mengenal aplikasi Truecaller dan cara menggunakannya
- 23 Juli 2024
Menu Mie Gacoan dan harganya
- 12 Juli 2024
Doa niat puasa qadha Ramadhan karena haid lengkap dengan artinya
- 17 Januari 2025
Daftar 15 gunung api yang populer di Indonesia
- 10 Juli 2024
Lirik lagu “Kangen”, karya monumental Dewa 19
- 8 Agustus 2024
Pendaftaran Beasiswa LPDP dibuka Januari 2025, simak selengkapnya
- 15 Desember 2024