Leadership Beyond The Classroom, perubahan berawal dari ruang kelas

Artikel

Leadership Beyond The Classroom, perubahan berawal dari ruang kelas

  • Oleh Indriani
  • Senin, 22 September 2025 11:04 WIB
  • waktu baca 5 menit
Leadership Beyond The Classroom, perubahan berawal dari ruang kelas
Para penulis buku Leadership Beyond The Classroom berfoto bersama dengan para kurator pada peluncuran buku di Jakarta, Kamis (18/9/2025). (ANTARA/HO-Mentari Grup)

Jakarta (ANTARA) – Tanpa kepemimpinan yang baik, sekolah hanyalah sebuah institusi pendidikan tanpa makna, yang mana tak mampu menyalakan api semangat bagi para penghuninya. Tanpa kepemimpinan yang baik pula, organisasi pendidikan akan berjalan tanpa memiliki arah tujuan yang pasti.

Buku Leadership Beyond The Classroom yang diterbitkan ASTA Ilmu Publishing (anggota Mentari Group) yang diluncurkan pada Kamis (18/9/2025) memotret perjuangan dan kepemimpinan pucuk pimpinan sekolah swasta di Tanah Air. Buku setebal 332 halaman ini, merupakan kumpulan dari praktik baik para pemimpin perubahan yang tak hanya membangun sekolah sebagai pusat pembentukan karakter, budaya belajar dan kesiapan siswa dalam menghadapi tantangan dunia.

Buku yang terbagi dari tiga bab itu, memaparkan tiga pilar penting dalam memimpin perubahan di sekolah, yakni memimpin perubahan melalui visi, memimpin perubahan melalui pembelajaran dan memimpin perubahan melalui relasi.

Andri Nurcahyani, seorang pendidik berpengalaman, administrator sekolah dan spesialis penjaminan mutu pendidikan dengan lebih dari 20 pengalaman, berbagi kisahnya dalam menghadapi situasi sulit yang terjadi di sekolahnya. Kepala sekolah kerap dihadapkan pada situasi yang tak mudah, berada di tengah-tengah jaringan yang kompleks dari pemangku kepentingan, orang tua, siswa, dewan sekolah bahkan otoritas pemerintah. Setiap pihak memiliki ekspektasi dan kebutuhan yang tak sama.

Dalam buku itu, ia menceritakan dilema seorang kepala sekolah yang harus menghadapi situasi yang mana seorang siswa yang kesulitan membayar SPP selama berbulan-bulan, karena kondisi keuangan keluarganya yang sedang terpuruk. Padahal di sisi lain, siswa tersebut merupakan siswa berprestasi dan juga Ketua OSIS. Pada kondisi itu ia harus menghadapi situasi dilematis, keadilan versus belas kasih.

Akan tetapi sebagai pemimpin, ia juga dihadapkan pada situasi lain yakni benar versus salah. Misalnya saja ketika seorang siswa “pembuat gaduh” yang membuat siswa lain bahkan orang tua siswa menjadi tidak nyaman. Setelah ditelisik lebih lanjut diketahui, kegaduhan yang dibuat itu bertujuan untuk mencari perhatian setelah orang tuanya bercerai. Di situasi lain, Andri yang juga Manajer Pengembangan dan Penjaminan Mutu serta Kepala Sekolah Menengah di Sekolah Bogor Raya itu, juga dihadapkan pada situasi yang mana pegawai yang terkenal loyal tetapi berpotensi mencederai integritas keuangan sekolah.

“Sebagai pemimpin, pasti kita akan menemui banyak situasi yang mana harus membuat keputusan. Sebagai pemimpin sekolah, keputusan yang dibuat harus benar secara etika, karena sekolah adalah lembaga moral yang mengajarkan karakter dan nilai kebajikan. Sebagai pemimpin pula, kita tidak bisa sembarangan dalam membuat keputusan,” kata Andri.

Terkadang, situasi tersebut tidak hanya tentang benar atau salah, yang melanggar hukum atau tidak melanggar hukum. Menurut dia, jika situasi yang dihadapi pemimpin itu benar atau salah, maka keputusan yang diambil lebih mudah. Namun situasi yang dihadapi terkadang adalah benar dan benar. Seorang pemimpin, perlu menyeimbangkan kebutuhan jangka pendek dengan tujuan pada masa yang akan datang, demi terciptanya komunitas yang baik dan etis.

Pentingnya refleksi

Pada bab berikutnya yakni memimpin perubahan melalui pembelajaran, tokoh pendidikan Itje Chodidjah menekankan pentingnya pengembangan profesional reflektif atau PPR bagi seorang pendidik. PPR merupakan proses evaluasi yang berlangsung secara terus-menerus yang mana guru secara kritis menilai praktik, pengalaman, dan keyakinan mereka dalam melakukan pembelajaran di ruang kelas.

“Seorang pemimpin atau pendidik perlu melihat dirinya sendiri, apakah ia mempunya kompetensi yang cukup untuk anak-anak belajar. Refleksi berikutnya, melihat kondisi anak, jika anak begini apa yang harus dilakukan. Jadi refleksi merupakan kunci dari pengembangan guru,” kata Itje.

Dalam menghasilkan pembelajaran yang baik, seorang pendidik atau pemimpin tidak hanya mengacu pada apa yang sudah ditetapkan, tetapi ada ruang reflektif yang bertujuan untuk menghasilkan pembelajaran yang lebih baik bagi semua pihak ke depannya.

“Kita perlu mengingat bahwa sekolah bukan mengajarkan anak-anak kita belajar lulus, tetapi belajar untuk hidup,” imbuh Itje.

Pendiri Mentari Group dan Direktur Penerbitan ASTA Ilmu Publishing, Anna Rimba Phoa, menjelaskan buku tersebut mencatat perjalanan para pemimpin dan penggerak perubahan di sekolah swasta yang berstandar global di Indonesia. Dengan visi misi yang kuat, kerja keras dan keberanian para pemimpin itu melakukan transformasi dalam kurikulum, metodologi dan pembelajaran. Sehingga bisa mengantarkan sekolah mereka memiliki kualitas global, memiliki kompetensi dan memiliki kefasihan dalam penguasaan bahasa Inggris.

Kisah dari para sekolah ini ditulis dan direkam melalui buku yang mengupas tiga pilar kepemimpinan yang dibutuhkan agar sekolah dan insan akademik di dalamnya bisa tumbuh dan berkembang, sehingga menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik.

“Buku ini merangkum kisah kepala sekolah dari 18 sekolah berstandar global di Indonesia. Saat ini terdapat 400 lebih sekolah berstandar global di Indonesia, namun mereka yang kisahnya ditulis dalam buku ini merupakan pelopornya,” kata Anna.

Praktik baik kepemimpinan tersebut, kata Anna, secara umum dapat diterapkan di sekolah negeri asalkan tiga pilar kepemimpinan tersebut dapat diterapkan. Pertama, visi sekolah yang jelas dan apa yang ingin dicapai. Berikutnya materi kurikulum yang digunakan dan pembinaan guru. Terakhir yakni hubungan antarguru, murid dan sekolah yang baik.

Seperti yang disampaikan kurator utama Gerald Donovan, buku yang merangkum kumpulan kisah para pemimpin di sejumlah sekolah terkemuda di Indonesia, juga mencerminkan semangat yang kuat untuk mendorong pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik dan dapat mencapai potensi sejatinya. Untuk mencapai itu, dibutuhkan perubahan signifikan di jantung pendidikan, kurikulum, pendekatan mengajar dan peran siswa dalam proses belajarnya sendiri. Dan perubahan itu bisa saja dimulai dari ruang-ruang kelas.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Portugal resmi akui Negara Palestina

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Portugal resmi akui Negara Palestina Senin, 22 September 2025 14:06 WIB waktu baca 1 menit Portugal pada Minggu…

    Unpatti edukasi penanganan dan antisipasi kekerasan seksual di sekolah

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Unpatti edukasi penanganan dan antisipasi kekerasan seksual di sekolah Senin, 22 September 2025 14:06 WIB waktu baca 3…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *