OpenAI jelaskan penyebab halusinasi chatbot AI dan solusi mengatasinya

OpenAI jelaskan penyebab halusinasi chatbot AI dan solusi mengatasinya

  • Jumat, 12 September 2025 15:47 WIB
  • waktu baca 2 menit
OpenAI jelaskan penyebab halusinasi chatbot AI dan solusi mengatasinya
Logo perusahaan teknologi AS OpenAI, pengembang ChatGPT. ANTARA/HO-OpenAI

Jakarta (ANTARA) – OpenAI disebut telah menemukan penyebab masalah halusinasi pada chatbot kecerdasan buatan (AI) sekaligus menawarkan solusi untuk membuat teknologi tersebut lebih dapat dipercaya.

Meskipun kini sering digunakan dalam berbagai pekerjaan, chatbot AI masih menyimpan kelemahan serius yakni kecenderungan memberikan jawaban salah yang terlihat meyakinkan atau disebut sebagai halusinasi.

Dilansir dari Gizmochina pada Jumat, dalam makalah setebal 36 halaman yang ditulis bersama peneliti Georgia Tech, Santosh Vempala, OpenAI menilai halusinasi bukan semata akibat desain model yang buruk, melainkan cara sistem AI diuji dan diperingkat.

Tolok ukur saat ini, menurut mereka, justru mendorong chatbot menjawab semua pertanyaan meski salah dan menghukum model yang memilih menahan diri saat tidak yakin. Kondisi itu diibaratkan seperti ujian pilihan ganda yang lebih menghargai tebakan daripada meninggalkan jawaban kosong.

Baca juga: OpenAI sepakat dengan Microsoft untuk transisi jadi perusahaan publik

Sebagai alternatif, OpenAI mengusulkan sistem penilaian baru yang membebankan hukuman besar pada jawaban percaya diri tapi salah, dan memberi penghargaan pada model yang berhati-hati atau berani mengakui ketidaktahuan.

Dalam sebuah contoh uji coba, model yang berhati-hati hanya menjawab setengah pertanyaan namun 74 persen jawabannya benar, sementara model lain menjawab hampir semuanya namun memiliki tingkat halusinasi dan kesalahan lebih tinggi.

Jika pendekatan ini diterapkan, asisten AI di masa depan akan lebih sering mengatakan “saya tidak tahu” dibanding mengarang sumber atau data.

Meskipun terdengar kurang mengesankan, langkah ini diyakini dapat menyelamatkan pengguna dari keharusan terus-menerus memverifikasi jawaban. OpenAI menyebut riset ini sebagai langkah menuju AI yang lebih mengutamakan akurasi dan kepercayaan dibanding kepercayaan diri yang menyesatkan.

Baca juga: OpenAI cari kemitraan dengan Samsung dan SK untuk infrastruktur AI

Baca juga: OpenAI kukuhkan kesepakatan “cloud” 300 miliar dolar AS dengan Oracle

Baca juga: Microsoft diwartakan akan gunakan model AI dari Anthropic

Penerjemah: Farhan Arda Nugraha
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Pemprov Sulteng antisipasi penyebaran KLB malaria di Parigi Moutong

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Pemprov Sulteng antisipasi penyebaran KLB malaria di Parigi Moutong Jumat, 12 September 2025 20:47 WIB waktu baca 2…

    Kementerian UMKM sebut digitalisasi kunci penting dalam hilirisasi

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Kementerian UMKM sebut digitalisasi kunci penting dalam hilirisasi Jumat, 12 September 2025 20:47 WIB waktu baca 2 menit…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *