BI kembali kurangi SRBI demi dorong likuiditas, posisi akhir Rp720 T

BI kembali kurangi SRBI demi dorong likuiditas, posisi akhir Rp720 T

  • Rabu, 20 Agustus 2025 15:57 WIB
  • waktu baca 2 menit
BI kembali kurangi SRBI demi dorong likuiditas, posisi akhir Rp720 T
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Agustus 2025 di Jakarta, Rabu (20/8/2025) (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)

Jakarta (ANTARA) – Bank Indonesia (BI) kembali mengurangi volume lelang dan posisi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk mendukung peningkatan likuiditas di pasar uang dan perbankan, dengan posisi akhir Rp720,01 triliun per 15 Agustus 2025.

“Hingga 15 Agustus 2025, total posisi instrumen SRBI tercatat sebesar Rp720,01 triliun, menurun dari Rp916,97 triliun pada awal Januari 2025,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Agustus 2025 secara daring di Jakarta, Rabu.

Untuk mendukung ekspansi likuiditas, BI juga mengarahkan operasi moneter pada tenor yang lebih pendek.

Implementasi dealer utama (primary dealer) sejak Mei 2024 juga dikatakan makin mendorong transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antarpelaku pasar.

Sementara itu, posisi instrumen Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) pada 15 Agustus 2025 tercatat masing-masing sebesar 4,56 miliar dolar AS dan 460 juta dolar AS.

“Untuk memperkuat ekspansi likuiditas kebijakan moneter, Bank Indonesia juga melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder, sekaligus mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal pemerintah,” tambah Perry.

Sepanjang Januari hingga 19 Agustus 2025, BI telah membeli Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp186,06 triliun, yaitu melalui pasar sekunder sebesar Rp137,80 triliun dan pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp48,26 triliun.

Ke depan, Perry menyatakan BI akan terus mengoptimalkan strategi operasi moneter pro-market untuk meningkatkan likuiditas. Strategi ini juga ditargetkan dapat mendorong efektivitas transmisi kebijakan moneter.

Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi dapat didorong dengan tetap mencapai sasaran inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Baca juga: BI kembali ingatkan agar kredit ditingkatkan guna dukung ekonomi RI

Baca juga: BI: Penurunan BI-Rate jadi 5 persen mendorong pertumbuhan ekonomi

Baca juga: BI proyeksi nilai tukar rupiah bakal tunjukkan tren penguatan

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Berita Terkini, Berita Hari Ini Indonesia dan Dunia | tempo.co

    Perspektif yang tajam dan ajek dari para ahli di banyak bidang. Edisi Pekan Ini Gegeran Pangan Gegeran Pangan Mengungkap yang tersembunyi dengan perspektif, argumen, dan data yang solid. Indikator 25…

    Apa Itu Rafflesia Hasseltii? Bunga Langka yang Ditemukan di Sumsel

    Jakarta – Rafflesia hasseltii kembali menjadi sorotan setelah ditemukan mekar di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan (Sumsel). Temuan ini menarik perhatian karena jenis tersebut termasuk bunga langka yang…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *