
China kecam Menlu AS Rubio atas ucapan ultah ke-90 Dalai Lama
- Rabu, 9 Juli 2025 08:21 WIB
- waktu baca 4 menit

Beijing (ANTARA) – Kementerian Luar Negeri China mengkritik Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio yang memberikan ucapan selamat kepada Dalai Lama ke-14 pada untuk ulang tahunnya yang ke-90.
“Urusan Xizang (Tibet) murni urusan dalam negeri China yang tidak menoleransi campur tangan dari kekuatan eksternal mana pun. Seperti diketahui secara luas, Dalai Lama ke-14 bukanlah tokoh agama murni, tapi seorang pengasingan politik yang terlibat dalam kegiatan separatis anti-China dengan kedok agama,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing pada Selasa (8/7).
Sebelumnya pada Sabtu (5/7), Menlu AS Marco Rubio dalam pernyataan resmi di laman Kementerian Luar Negeri AS menyampaikan bahwa AS memberikan ucapan selamat ulang tahun ke-90 kepada Dalai Lama.
Ia menyebut Dalai Lama terus menginspirasi orang-orang dengan menyampaikan pesan persatuan, perdamaian, dan kasih sayang.
“Amerika Serikat tetap berkomitmen kuat untuk mempromosikan penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan fundamental warga Tibet. Kami mendukung upaya untuk melestarikan warisan bahasa, budaya, dan agama asli Tibet, termasuk kemampuan mereka untuk bebas memilih dan menghormati pemimpin agama tanpa gangguan,” kata Marco Rubio dalam pernyataan tersebut.
Padahal menurut Mao Ning, Dalai Lama ke-14 dan apa yang disebut “pemerintah Tibet di pengasingan” sama sekali tidak dalam posisi untuk mewakili rakyat di Xizang, apalagi memutuskan masa depan Xizang.
“Xizang menikmati kemakmuran ekonomi serta keharmonisan dan stabilitas sosial. Budaya dan tradisinya dilindungi dan dipromosikan,” ungkap Mao Ning.
Hak dan kebebasan orang-orang dari semua kelompok etnis, termasuk kebebasan beragama dan kebebasan menggunakan dan mengembangkan bahasa lisan dan tulisan mereka sendiri, kata Mao Ning, dilindungi sepenuhnya.
“Dunia dapat melihat dengan jelas hal itu, dan AS tidak dalam posisi untuk menuding China dalam bentuk apa pun terhadap pasukan 'kemerdekaan Tibet',” tegas Mao Ning.
Tibet atau yang biasa disebut Xizang oleh pemerintah China masuk menjadi wilayah China pada 1950 melalui apa yang digambarkan pemerintah China sebagai “pembebasan damai” dari perbudakan feodal.
Namun, kelompok hak asasi manusia internasional dan warga Tibet di luar negeri kerap mengutuk apa yang mereka sebut sebagai pemerintahan represif China di wilayah Tibet.
“Tibet” sendiri mengakar pada nama “Tubo” yaitu rezim yang berkuasa pada abad ke-9 dengan wilayah terfragmentasi dari beberapa suku, pada abad ke-13, Dinasti Yuan menguasai wilayah tersebut.
China juga menyebut Dalai Lama ke-14 mengklaim bahwa kawasan “Tibet” mencakup Daerah Otonomi Xizang, Qinghai, serta sebagian Sichuan, Gansu, Yunnan, dan Xinjiang karena suku Tibet mendiami daerah-daerah tersebut sehingga pemerintah China pun menegaskan tidak pernah ada yang disebut “Tibet Besar” seperti yang diklaim oleh Dalai Lama.
Baca juga: Beijing kritik PM India karena ucapkan selamat HUT kepada Dalai Lama
Sebelumnya pada Rabu (2/7), Dalai Lama ke-14 melalui video mengumumkan bahwa setelah kematiannya ia akan bereinkarnasi sebagai pemimpin spiritual berikutnya dan hanya lembaga yang dipimpinnya, Gaden Phodrang Trust, yang dapat mengidentifikasi penggantinya.
Dalai Lama ke-14, Tenzin Gyatso diakui sebagai reinkarnasi ke-14 pada usia dua tahun. Ia memegang kekuasaan penuh pada usia 15 tahun dan melarikan diri dari Tibet empat tahun kemudian ketika pasukan China memberantas pemberontakan di ibu kota Tibet, Lhasa, pada 1959.
Ia melarikan diri ke Dharamshala, India dan mendirikan pemerintahan di pengasingan di sana serta melakukan kunjungan ke berbagai negara di Amerika dan Eropa. Pada 1989, Dalai Lama ke-14 menerima penghargaan Nobel Perdamaian.
Pada 2011, Dalai Lama ke-14 menyerahkan jabatan politiknya kepada kepala pemerintahan Tibet di pengasingan yang dipilih secara demokratis dan hanya mempertahankan perannya sebagai kepala spiritual rakyat Tibet.
Sementara di China, pemerintah China mengatakan pihaknya berhak menyetujui penerus Dalai Lama sebagai warisan dari masa kekaisaran serta mengakui tokoh tertinggi kedua dalam Buddhisme Tibet setelah Dalai Lama yaitu Panchen Lama.
Pemerintah China memilih Gyaincain Norbu sebagai Panchen Lama ke-11 pada 1995 saat berusia 5 tahun, untuk menegaskan bahwa pihaknya yang berwenang untuk menyetujui pemimpin tertinggi Budhisme Tibet.
Baca juga: Beijing harap Swiss hormati internal China termasuk Xinjiang dan Tibet
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
Rekomendasi lain
Peraturan jam kerja resmi menurut ketentuan Kemenaker
- 11 Oktober 2024
Kapan waktu yang tepat untuk baca niat puasa?
- 28 Februari 2025
Cara aktifkan M-Banking BSI yang terblokir tanpa ke bank
- 19 Februari 2025
Jadwal dan niat Puasa Rajab 1446 Hijriah dalam Arab dan latin
- 31 Desember 2024
Perbedaan WhatsApp GB dan WhatsApp resmi
- 9 Oktober 2024
10 Nama pemain bulu tangkis terkenal di Indonesia
- 11 September 2024