China setujui protein yang dikonversi dari CO2 jadi bahan pakan hewan

China setujui protein yang dikonversi dari CO2 jadi bahan pakan hewan

  • Kamis, 3 Juli 2025 16:23 WIB
  • waktu baca 2 menit
China setujui protein yang dikonversi dari CO2 jadi bahan pakan hewan
Arsip foto – Pekerja memanen telur-telur ayam di salah satu peternakan yang dikelola Keuskupan Agats di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua Selatan, Minggu (11/2/2024). Keuskupan Agats mengelola peternakan ayam petelur selain untuk dipasarkan kepada masyarakat sekitar juga untuk pemenuhan gizi masyarakat Asmat. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww)

Beijing (ANTARA) – Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan China baru-baru ini menyetujui sebuah protein, yang dikonversi dari karbon dioksida (CO2) lewat rekayasa hayati, sebagai bahan pakan baru, memberikan solusi baru untuk mengatasi kelangkaan sumber daya protein pakan serta mendorong pembangunan hijau dan rendah karbon.

Protein ragi Yarrowia lipolytica, yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi GTLB yang berbasis di Beijing, diproduksi melalui teknologi biofermentasi. Teknologi itu memanfaatkan CO2 dari industri-industri seperti kimia batu bara, kimia gas alam, dan pembuatan baja.

Teknologi itu secara efisien mengonversi CO2 menjadi protein ragi dengan nilai gizi yang tinggi, menurut surat kabar Science and Technology Daily, yang dipublikasikan pada Kamis (3/7). Dibandingkan dengan metode penanaman pertanian dan produksi perikanan tradisional, teknologi itu dapat meningkatkan efisiensi produksi protein pakan hingga ribuan kali lipat.

Sebagai contoh, pabrik protein ragi yang menempati area seluas 10 hektare dapat memproduksi 100.000 ton protein ragi berkualitas tinggi setiap tahunnya, setara dengan protein kedelai yang dihasilkan dari lahan seluas sekitar 40.000 hektare. Dari segi nilai gizi, protein ragi memiliki kandungan asam amino esensial yang tinggi dengan distribusi yang merata dan palatabilitas yang baik.

Protein itu juga kaya akan mikronutrien dan polisakarida. Teknologi baru tersebut dapat membantu menciptakan rantai pasokan protein pakan yang lebih berkelanjutan dan hemat sumber daya, mengurangi ketergantungan pada tanaman yang membutuhkan lahan yang luas seperti kedelai dan sumber daya laut seperti tepung ikan.

China sedang menghadapi kelangkaan sumber daya protein pakan. Data menunjukkan bahwa total konsumsi protein pakan di negara itu mencapai sekitar 70 juta ton pada 2024, dengan rasio ketergantungan impor melebihi 80 persen.

Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Pameran Kids Biennale kenalkan anak “Tumbuh tanpa Takut”

    ANTARA – Pameran lintas disiplin Kids Biennale Indonesia 2025 bertema “Tumbuh Tanpa Takut” yang bekerja …

    Bertemu Oxford United, RD berharap para pemainnya termotivasi

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Sepak Bola Nasional Bertemu Oxford United, RD berharap para pemainnya termotivasi Jumat, 4 Juli 2025 03:41 WIB waktu…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *