
Majelis Hukama ajarkan bangun kebiasaan menulis pada IBF 2025
- Minggu, 22 Juni 2025 23:24 WIB
- waktu baca 2 menit

Jakarta (ANTARA) – Majelis Hukama Muslimin (MHM) mengajarkan para pengunjung untuk membangun kebiasaan menulis pada Islamic Book Fair (IBF) 2025 di Jakarta, Minggu.
Penulis dan Aktivis Kalis Mardiasih yang menjadi pembicara pada acara tersebut membagikan beberapa tips dan pengalamannya ketika menulis konten-konten yang humanis dan memberdayakan masyarakat.
“Periksa lagi di sekitar kalian ada cerita-cerita apa? Lalu, ikat ide dengan menuliskannya. Cara mudah membangun kebiasaan menulis, bacalah minimal 15 artikel panjang per hari,” katanya di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, perdamaian dan persaudaraan adalah beberapa isu penting yang perlu dituangkan dalam tulisan. Meski begitu, ketika akan menulis tema perdamaian, bukan berarti harus berangkat dari isu geopolitik global atau hukum internasional, melainkan dari hal-hal terdekat dari sekitar kita.
“Tidak harus begitu. Kita bisa berbicara tentang persaudaraan, kemanusiaan, perdamaian dan toleransi dari hal terdekat kita,” ujar dia.
Kalis mencontohkan, dari kehidupan masyarakat sekitar, tidak jarang dijumpai perdamaian semu. Misalnya, nampak damai tetapi masyarakatnya masih banyak yang miskin, anak yang tidak bisa sekolah, atau anak yang tidak bisa makan dengan nutrisi yang cukup.
“Ini kan berarti belum damai. Hanya karena kita tidak bertengkar, atau karena kita tidak ramai-ramai itu bukan berarti perdamaian,” paparnya.
Kalis juga berbagi pengalaman ketika dirinya menulis buku “Muslimah yang Diperdebatkan”. Buku tersebut berkisah tentang temannya, Muslimah berprestasi yang tiba-tiba keluar dari kantor dan peran publik yang selama ini mereka kerjakan.
Alasan temannya bukan karena pilihan, melainkan terpengaruh dengan ceramah agama yang ekstrem dan eksklusif. Sementara di sisi lain, juga ada kisah seorang ibu Muslimah yang punya banyak peran sosial dan produktif. Ibu tersebut menjual perkedel dan sate untuk mendapatkan penghasilan dan membiayai pendidikan anaknya.
Dalam bukunya, Kalis juga membahas tentang seorang pelajar laki-laki di Jawa Tengah yang tiba-tiba tidak suka sekolah dan tidak mau ikut ujian nasional karena mendapatkan ajaran bahwa hal tersebut adalah produk thaghut (syirik atau melampaui batas). Anak laki-laki tersebut bahkan menilai perempuan asing (bukan muhrim) sebagai anak panah mata setan.
Kalis menegaskan, buku yang merupakan kisah pengalaman dari orang-orang sekitarnya tersebut dapat menjadi inspirasi bagi setiap orang untuk mulai menulis dari hal-hal yang sebenarnya selama ini sederhana tetapi memiliki makna yang penting.
Baca juga: Majelis Hukama tekankan pentingnya akhlak dan moral dalam IBF 2025
Baca juga: Majelis Hukama kembali meriahkan IBF dan hadirkan diskusi soal AI
Baca juga: Majelis Hukama hadirkan ruang anak untuk bercerita dalam IBF 2025
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
TGB: Grand Syekh Al-Azhar dukung perdamaian dunia
- 15 Agustus 2024
Rekomendasi lain
Daftar bansos yang akan cair pada September 2024
- 2 September 2024
Cara termudah download sound Mp3 di TikTok
- 4 Juli 2024
Lirik lagu Panbers – “Gereja Tua”, populer dari 1970 hingga kini
- 2 September 2024
12 nama bulan hijriah beserta dengan penjelasannya
- 6 Agustus 2024
Daftar 10 pekerjaan dengan gaji tertinggi di dunia
- 10 Oktober 2024