
Kemlu soroti pentingnya diplomasi dalam pemulangan benda budaya
- Kamis, 19 Juni 2025 01:28 WIB
- waktu baca 2 menit

Jakarta (ANTARA) – Konselor di Direktorat Amerika 1 Kementerian Luar Negeri RI, Renita Moniaga, menyoroti pentingnya diplomasi dalam pemulangan atau repatriasi benda budaya Indonesia ke Tanah Air.
“Jadi, diplomasi memainkan peran kunci untuk pemulangan warisan budaya kita, khususnya melalui kerja sama Indonesia dengan Amerika Serikat,” kata Renita dalam diskusi tentang Repatriasi Artefak dan Diplomasi Budaya di @america Jakarta, Rabu.
Menurut Renita, kerja sama erat antara perwakilan Indonesia dengan berbagai otoritas di AS merupakan hal penting, contohnya kerja sama antara KJRI New York dengan Kejaksaan Distrik New York, yang selalu memberikan informasi setiap kali ada benda budaya Indonesia yang perlu dipulangkan.
Dalam upaya itu, perwakilan RI di AS juga bekerja sama dengan FBI, Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, serta Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (Customs and Border Protection/CBP) untuk menghentikan perdagangan ilegal benda-benda budaya.
Renita mengatakan bahwa saat ini masih ada beberapa kasus terkait perdagangan ilegal benda-benda budaya Indonesia di pasar AS. “Salah satunya, di Amerika terdapat pasar untuk material etnografi seperti tengkorak, terutama tengkorak dayak dan asmat,” katanya.
Untuk menangani kasus tersebut, perwakilan RI di AS tengah bekerja sama dengan CBP untuk memulangkan dan menghentikan perdagangan ilegal benda-benda budaya tersebut.
Selain itu, dalam konteks tersebut, Renita menilai bahwa kerja sama antara Indonesia dan AS juga bagian dari people to people ties dan soft power diplomacy.
“Karena artefak yang dipulangkan itu, pentingnya itu bukan hanya dipulangkan saja, tetapi kita juga harus kerja sama untuk melindungi, preservasi, dan lain-lain,” katanya.
Untuk itu, pada 2023, terdapat penandatanganan MoU antara Museum dan Cagar Budaya dan The Smithsonian Institution di Washington DC untuk kolaborasi dalam hal konservasi.
Renita mengatakan bahwa repatriasi bukanlah titik akhir, melainkan titik awal untuk memastikan sebuah artefak dapat dirawat, dipelajari, dan juga dimanfaatkan.
Oleh karena itu, kerja sama erat antara berbagai pihak menjadi landasan penting untuk pembangunan kapasitas, kerja sama riset, terutama dalam penelitian asal-usul untuk benda-benda budaya Indonesia lainnya.
Baca juga: Indonesia pamerkan artefak yang dikembalikan AS pada Oktober
Baca juga: Komisi X DPR: Pemulangan 288 artefak wujud restorasi identitas bangsa
Baca juga: BRIN tingkatkan riset arkeologi dan pelestarian artefak di Indonesia
Pewarta: Katriana
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
Komentar
Berita Terkait
Rekomendasi lain
Jadwal sholat selama bulan puasa Ramadhan 2025
- 27 Februari 2025
10 Sungai terpanjang di Indonesia sebagai kekayaan alam perairan
- 20 September 2024
Lirik lagu “Sunset di Tanah Anarki” oleh SID dan penjelasannya
- 20 Oktober 2024
Puasa Senin Kamis untuk meminta sesuatu
- 21 Juli 2024
Sejarah singkat dan tema Hari Pendidikan Nasional 2025
- 30 April 2025
CPNS BPK 2024, jumlah formasi dan tahap seleksinya
- 22 Agustus 2024
Lirik lagu “End of The Road” dari Boyz II Men
- 25 Agustus 2024