Begini cara kerja dan prosedur kontrasepsi vasektomi pada pria 

Begini cara kerja dan prosedur kontrasepsi vasektomi pada pria 

  • Sabtu, 10 Mei 2025 14:53 WIB
  • waktu baca 4 menit
Begini cara kerja dan prosedur kontrasepsi vasektomi pada pria 
Mendukbangga/Kepala BKKBN saat melihat proses seorang akseptor yang menerima layanan KB vasektomi atau Metode Operasi Pria (MOP) gratis di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, pada Senin (21/4/2025). Pelayanan vasektomi serentak ini mendapatkan rekor MURI pada Selasa (22/4/2025). (ANTARA/HO-Kemendukbangga/BKKBN)

Jakarta (ANTARA) – Selain wanita, kontrasepsi bisa dilakukan oleh pria untuk memutuskan reproduksi. Terdapat dua jenis kontrasepsi untuk pria, salah satunya adalah vasektomi.

Vasektomi termasuk kontrasepsi yang paling menonjol sebagai solusi permanen bagi pria untuk tidak memiliki anak lagi. Sehingga bisa disebut sebagai sterilisasi.

Kontrasepsi pria ini memiliki efektivitas tinggi hingga 99% untuk cegah kehamilan dengan prosedur yang berisiko kecil. Proses pemulihannya pun relatif cepat dan tidak butuh waktu lama.

Namun, sebelum melakukan vasektomi, bagi pria yang sudah memiliki pasangan, alangkah baiknya melakukan diskusi bersama lebih dulu.

Meskipun pria dari berbagai usia bisa menjalani vasektomi, kontrasepsi ini umumnya tidak disarankan untuk mereka yang berusia di bawah 30 tahun atau belum memiliki anak sama sekali.

Kemudian, terdapat pertimbangan lain untuk pria melakukan vasektomi, seperti tidak mengalami infeksi kulit atau luka pada skrotum, infeksi saluran kemih, ada kelainan pada alat reproduksi, dan punya alergi anestesi atau antibiotik.

Baca juga: MUI Jawa Barat tegaskan vasektomi haram

Cara kerja vasektomi pada pria

Secara medis, prosedur pelaksanaan vasektomi termasuk operasi kecil, dengan memotong atau mengikat vas deferens, saluran di dalam skrotum yang mengeluarkan sperma melalui uretra pada penis.

Kontrasepsi ini bertujuan untuk menghentikan aliran sperma agar tidak bercampur dengan cairan mani saat pria berejakulasi.

Seorang pria tetap bisa mengalami orgasme dan mengeluarkan cairan mani, tetapi cairan tersebut tidak lagi mengandung sperma yang dapat membuahi sel telur.

Bahkan, pria yang di vasektomi tidak akan memengaruhi gairah atau maskulinitasnya. Faktor ini kerap menjadi hal yang sering dikhawatirkan para pria saat mendengarkan perihal vasektomi.

Namun, perlu dipahami juga bahwa efek vasektomi ini tidak langsung terasa seketika. Setelah vasektomi dilakukan, sperma masih bisa tersisa dalam saluran reproduksi dan ikut keluar bersama air mani.

Oleh karena itu, pria yang baru saja menjalani vasektomi tetap disarankan untuk menggunakan kontrasepsi tambahan sampai benar-benar dipastikan air maninya bebas dari sperma.

Umumnya, butuh waktu sekitar dua bulan untuk memastikan hal tersebut. Selama itu, pria perlu kontrol ke dokter untuk melakukan pemeriksaan efektivitas vasektomi.

Baca juga: Mendukbangga ikuti saran ulama terkait vasektomi

Proses prosedur vasektomi secara medis

Sebelum menjalani vasektomi, dokter akan memastikan kondisi pasien dalam keadaan sehat melalui pemeriksaan menyeluruh. Hal ini untuk meminimalisir risiko dan memastikan prosedur dapat berjalan lancar.

Sebagai bagian dari persiapan, pasien juga akan diminta melakukan beberapa hal, diantaranya:

  • Sebelum 7 hari pelaksanaan vasektomi, pasien menghentikan konsumsi obat pengencer darah, seperti aspirin atau warfarin.
  • Pasien perlu mencukur rambut di sekitar skrotum sehari sebelum prosedur, agar area alat kelamin tetap bersih.
  • Tidak konsumsi makanan berat, lebih baik konsumsi camilan atau makanan ringan.
  • Bawa celana dalam yang ketat untuk digunakan setelah vasektomi. Ini berfungsi membantu menopang skrotum agar tidak terlalu banyaak bergerak, sekaligus mengurangi kemungkinan bengkak atau nyeri.

Prosedur vasektomi umumnya berlangsung selama 10-30 menit. Vasektomi dilakukan oleh dokter spesialis urologi dan anestasi lokal.

Terdapat dua metode vasektomi yang dapat dilakukan, yakni vasektomi konvensional dan tanpa pisau bedah (tidak disayat).

Pertama, metode vasektomi konvensional melibatkan pembuatan satu atau dua sayatan kecil pada skrotum untuk mengakses vas deferens.

Setelah saluran sperma diangkat, dokter akan memotong dan menutup ujungnya menggunakan jahitan atau diathermy (alat perekat suhu tinggi). Lalu, sayatan dijahit kembali dengan benang yang dapat diserap oleh kulit.

Kedua, metode vasektomi tanpa pisau bedah menggunakan alat khusus untuk menjepit vas deferens di bawah kulit skrotum tanpa membuat sayatan besar.

Lalu, lubang kecil dibuat untuk mengakses dan memotong saluran sperma, yang kemudian ditutup dengan jahit kauterisasi atau metode pemanasan.

Prosedur kontrasepsi ini cenderung menyebabkan lebih sedikit perdarahan dan nyeri pasca operasi, dibandingkan prosedur konvensional.

Baca juga: Wamensos: Usulan vasektomi sebagai syarat bansos belum urgen

Setelah melakukan vasektomi, pasien dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas atau olahraga yang berat terlebih dahulu sekitar selama seminggu.

Sama halnya dengan prosedur medis lainnya, vasektomi memiliki risiko, seperti infeksi, perdarahan, atau nyeri kronis. Akan tetapi, kejadian ini jarang terjadi.

Apabila terjadi risiko tersebut, pasien dapat segera berkonsultasi dengan dokter untuk diberikan penanganan atau panduan pemulihan.

Lebih jauh, risiko komplikasi vasektomi secara serius sangat rendah, dan sebagian besar pria yang menjalani prosedur ini tidak mengalami masalah jangka panjang.

Meskipun secara medis vasektomi bisa dikembalikan karena adanya perubahan keputusan di masa depan, hasilnya tidak bisa dijamin berhasil.

Prosedur pembalikan ini jauh lebih kompleks dibanding vasektomi itu sendiri, biayanya pun relatif mahal, dan tingkat keberhasilannya tidak selalu tinggi.

Walaupun vasektomi merupakan prosedur sterilisasi, tidak seakan-akan dapat mencegah pria dari infeksi menular seksual. Sehingga tetap terapkan hubungan seksual yang sehat.

Bagi pria yang mempertimbangkan vasektomi, dapat konsultasi dengan dokter spesialis urologi lebih dulu untuk mendapatkan informasi dan panduan yang tepat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.

Baca juga: DPPKBP3A: Partisipasi pria dalam program KB di Cirebon masih rendah

Baca juga: Menteri HAM dalami wacana vasektomi jadi syarat terima bansos

Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Marc Marquez menangi sprint race keenam berturut-turut

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi MotoGP Marc Marquez menangi sprint race keenam berturut-turut Sabtu, 10 Mei 2025 21:02 WIB waktu baca 2 menit…

    Menteri LH imbau pengusaha sawit tertib aturan siaga karhutla

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Menteri LH imbau pengusaha sawit tertib aturan siaga karhutla Sabtu, 10 Mei 2025 20:59 WIB waktu baca 2…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *