Dua spesies mangrove terancam punah di dunia hidup di Donggala

Dua spesies mangrove terancam punah di dunia hidup di Donggala

  • Kamis, 20 Februari 2025 01:21 WIB
  • waktu baca 2 menit
Dua spesies mangrove terancam punah di dunia hidup di Donggala
Peneliti dari Universitas Tadulako Dr. Bau Toknok ditemui seusai peluncuran Program Climate Smart Shrimp Farming dan penanaman mangrove Yayasan Konservasi Indonesia (KI) di Desa Lalombi, Donggala, Sulawesi Tengah, Rabu (19/2/2025) (ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo)

Sonneratia ovata dan Bruguiera cylindrica adalah spesies mangrove berstatus terancam punah di dunia yang masih dapat ditemui di Kecamatan Banawa Selatan, Donggala

Jakarta (ANTARA) – Sebanyak dua spesies mangrove yang sudah berstatus terancam punah di dunia dilaporkan oleh peneliti kehutanan masih hidup subur di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.

Pernyataan tersebut diungkapkan peneliti dari Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako, Dr Bau Toknok yang ditemui seusai peluncuran Program Climate Smart Shrimp dan penanaman mangrove di Donggala, Rabu.

Baca juga: Ahli: Petambak udang di Donggala mesti didorong peduli dengan mangrove

Toknok mengungkapkan bahwa Sonneratia ovata dan Bruguiera cylindrica adalah spesies mangrove berstatus terancam punah di dunia yang masih dapat ditemui di Kecamatan Banawa Selatan, Donggala.

Adapun status kedua spesies mangrove yang terancam punah itu diketahui berdasarkan daftar merah dari lembaga konservasi biodiversitas dunia (UICN).

“Ya, itu yang terancam punah menurut UICN, dan keduanya masih ada di sini,” kata dia.

Meski tidak menjelaskan secara rinci keberadaan pastinya dimana tetapi, dia menegaskan bahwa kedua spesies mangrove tersebut masih bisa dikembangkan sehingga populasinya tetap lestari, seperti untuk menunjang budidaya udang.

Baca juga: KPC jaga keanekaragaman hayati di kawasan mangrove Tanjung Bara

Menurutnya berdasarkan data total luas vegetasi mangrove di Banawa Selatan ada sekitar 300 hektare, di mana seluas 9,64 hektare di antaranya sudah berstatus hutan lindung di Desa Lalombi, Banawa Selatan.

“Kalau di Desa Lalombi kami belum melihatnya, tapi ada di desa sebelah dan masih mungkin untuk dikembangkan. Asalkan semua ikut berperan untuk menjaganya juga,” ujarnya.

Climate Smart Shrimp (CSS) merupakan metode budidaya udang berkelanjutan yang bertujuan untuk memulihkan ekosistem mangrove sekaligus meningkatkan hasil produksi tambak udang dengan cara yang ramah lingkungan.

Dalam hal ini tim peneliti dari Yayasan Konservasi Indonesia, Fakultas Kehutanan Tadulako, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan perusahaan rintisan pengelolaan budidaya udang berbasis teknologi, JALA, menjalin kolaborasi mengembangkan metode budidaya Climate Smart Shrimp itu memanfaatkan lahan bekas tambak rakyat seluas 10 hektare di Desa Lalombi.

Baca juga: Peneliti pulihkan mangrove terintegrasi budidaya udang di Donggala

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Zverev melenggang mulus ke perempat final Munich

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Tenis Zverev melenggang mulus ke perempat final Munich Kamis, 17 April 2025 07:09 WIB waktu baca 3 menit…

    Kamis, SIM Keliling tersedia di lima lokasi Jakarta

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Kamis, SIM Keliling tersedia di lima lokasi Jakarta Kamis, 17 April 2025 07:07 WIB waktu baca 2 menit…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *