Warsi dorong pemulihan hutan sebagai ruang hidup Orang Rimba

Warsi dorong pemulihan hutan sebagai ruang hidup Orang Rimba

  • Kamis, 28 November 2024 17:04 WIB
Warsi dorong pemulihan hutan sebagai ruang hidup Orang Rimba
Sejumlah bingkai foto bertema masyarakat adat Suku Anak Dalam (SAD) yang terpajang di dinding ruang tunggu Bandara Sultan Thaha, Jambi. ANTARA/M Riezko Bima Elko Prasetyo/am.

Jakarta (ANTARA) – Komunitas Konservasi Indonesia Warsi menyoroti pentingnya pemulihan ruang hidup Orang Rimba atau dikenal juga sebagai Suku Anak Dalam di Jambi mengingat kehidupan mereka yang terkait erat dengan hutan.

Dalam diskusi yang diadakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dipantau daring di Jakarta, Kamis, Manajer Program Konservasi dan Suku Adat Marginal Warsi Robert Aritonang mengatakan kehilangan hutan sebagai ruang hidup memberikan dampak luar biasa kepada Orang Rimba, termasuk kehilangan sistem budaya dan kemampuan bertahan hidup.

“Saya sering ditanya oleh pemerintah daerah dan pusat apa solusinya, saya bilang harusnya dikembalikan ruang hidup mereka. Itulah solusi paling substansial,” katanya.

Dia mengatakan berdasarkan survei yang dilakukan Warsi pada 2020 memperlihatkan total populasi 5.235 jiwa Orang Rimba yang berada di Jambi, terbagi dalam lima kabupaten.

Baca juga: Hikayat hutan yang bernapas

Mereka menghadapi kenyataan bahwa wilayah hutan sebagai sumber kehidupan dan tempat tinggal mereka saat ini semakin mengecil. Dari luasan 3,4 juta hektare pada 1973, jumlah itu saat ini tersisa 922.891 hektare pada 2023 berdasarkan data Warsi.

Hal itu menyebabkan perubahan dalam sistem kebudayaan mereka, kehilangan kemampuan beradaptasi dan munculnya konflik sosial dengan masyarakat sekitar tempat mereka tinggal.

Dampak lanjutan, katanya, terjadi kemiskinan struktural, timbulnya isu sosial, kelaparan dan wabah penyakit di antara Orang Rimba.

“Waktu kami advokasikan adanya pengembalian ruang hidup kepada Orang Rimba. Kalau sudah ada ruang hidup yang dipulihkan kemudian di atas situ dibangun berbagai bentuk pembangunan sebagai kehadiran negara, apakah dalam bentuk pemukiman, kesehatan, pendidikan, administrasi kependudukan,” katanya.

Selama hal itu belum dapat diwujudkan, katanya, maka pembangunan sektor yang saat ini dilakukan tidak dapat berjalan maksimal karena tidak berkesinambungan.

Baca juga: Membangun masa depan hutan lestari di Taman Nasional Bukit Dua Belas
Baca juga: Jalan tengah mengatasi masalah masyarakat adat Suku Anak Dalam
Baca juga: Anak-anak Suku Anak Dalam Jambi rayakan kemerdekaan RI bareng Kemensos

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

  • Related Posts

    Zverev melenggang mulus ke perempat final Munich

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Tenis Zverev melenggang mulus ke perempat final Munich Kamis, 17 April 2025 07:09 WIB waktu baca 3 menit…

    Kamis, SIM Keliling tersedia di lima lokasi Jakarta

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Kamis, SIM Keliling tersedia di lima lokasi Jakarta Kamis, 17 April 2025 07:07 WIB waktu baca 2 menit…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *