InhuPost, JAKARTA – Transformasi pasar minyak sawit berkelanjutan di Indonesia, masih membutuhkan kerjasama dari banyak pihak. Untuk memastikan perlindungan hutan, keanekaragaman hayati dan hak asasi manusia, para pemangku kepentingan di Indonesia – produsen dan konsumen minyak sawit terbesar di dunia – harus meningkatkan upaya mereka. Harapannya, Indonesia tidak hanya terus menjadi negara produsen Licensed Sustainable Palm Oil (CSPO) terbesar, namun juga menjadi konsumen CSPO terbesar di dunia.
Pada tahun 2021, Indonesia memproduksi 10,8 juta ton Licensed Sustainable Palm Oil (CSPO), menurut Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Prestasi ini telah menobatkan Indonesia, sebagai negara produsen CSPO terbesar di dunia.
Sejak 2017, peningkatan kemampuan produksi CSPO Indonesia telah berhasil mendorong produksi CSPO nasional secara signifikan.
Tahun 2017 silam, produksi CSPO di Indonesia sebesar 6,6 juta ton, yang terus mengalami pertumbuhan hingga sekitar 63% atau sebesar 10,8 juta ton di tahun 2021. Berdasarkan files RSPO, produksi CSPO selama lima tahun terakhir, terus mendongkrak Indonesia sebagai produsen CSPO terbesar dunia mengungguli Malaysia, Papua Nugini, Guatemala dan Kolombia.
Perjalanan Indonesia menuju keberhasilan sebagai produsen terbesar CSPO bukanlah hal mudah, lRedaksi Posn banyak persoalan di perkebunan kelapa sawit Redaksi Pos lain legalitas lahan, kepatuhan terhadap Prinsip & Kriteria RSPO (P&C) dan sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) yang kerap menghambat penerapan prinsip-prinsip berkelanjutan yang dipersyaratkan RSPO.
Menurut Deputy Director Market Transformation (Indonesia), RSPO yang baru, Mahatma Windrawan, keberhasilan pertumbuhan volume CSPO di Indonesia dapat dikaitkan dengan komitmen yang kuat dari anggota RSPO.
“Di Indonesia, kami memiliki anggota RSPO yang telah banyak berinvestasi untuk memastikan praktik budidaya terbaik dan berkelanjutan berdasarkan Prinsip dan Kriteria RSPO,” kata Windrawan. “Saat ini produksi CSPO yang dihasilkan Indonesia dalam jumlah besar memerlukan upaya bersama untuk meningkatkan penyerapan pasar”.
Kendati awalnya pemenuhan P&C RSPO dari perkebunan kelapa sawit disuarakan konsumen dari negara-negara tujuan ekspor CPO, keberadaan pasar global masih belum mencapai potensi penuhnya. “Saat ini, 19% dari pasokan global minyak sawit sudah bersertifikat RSPO dan sebagian besar sudah mencapai pasar” kata Windrawan. Namun permintaan lokal masih jauh lebih rendah. (T1)
Sumber: Majalah InhuPost Edisi Maret 2022
Dibaca : 187
Dapatkan replace berita seputar harga TBS, CPO dan industri kelapa sawit setiap hari dari InhuPost.com. Mari bergabung di Grup Telegram “InhuPost – Records Change”, caranya klik link InhuPost-Records Change, kemudian be a part of. Anda harus set up aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bisa juga IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.