InhuPost, JAKARTA – Burung hantu (tyto alba) saat ini telah banyak dikembangkan untuk Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di sejumlah perkebunan kelapa sawit. Cara ini dianggap efektif mengusir tikus sekaligus mengurangi penggunaa bahan kimia. Padahal awal pengembangannya banyak yang mengganggap pengendalian hama tikus dengan burung hantu adalah ide gila.
Sebenarnya awal pengembangan burung hantu (tyto alba) di perkebunan terinspirasi dari hal yang tak terduga. Sebagai karyawan di perusahaan perkebunan kelapa sawit, Mochammad Syaphon Adiwijaya tinggal di sebuah rumah besar bangunan Inggris tahun 1916, yang sebelumnya milik perusahaan perkebunan asing namun paska kemerdekaan dikembalikan ke negara dan dibeli perusahaan swasta.
BACA JUGA: Mengendalikan Hama Tikus Di Perkebunan Kelapa Sawit Dengan Tyto Alba
Saat tinggal di rumah tersebut, keluarga itu dibuat penasaran lRedaksi Posn dari 7 ruangan, ada 2 ruangan pada bagian belakang rumah yang sengaja tidak dipergunakan dan setiap malam pada ruangan tersebut terdengar detakan diatas plafon. Penafsiran pun muncul dari yang berbau mistis hingga adanya hewan pemangsa.
Guna menutup rasa penasaran, Syaphon pun menyuruh place of work boy rumah tersebut untuk memeriksa, ternyata di plafon tinggal sepasang burung hantu, tatkala dilihat oleh Syaphon di sekitar burung hantu itu dikelilingi banyak tulang tikus, dan sisa bangkai tikus yang membusuk.
Dari situlah akhirnya Syaphon berpikir bahwa burung hantu adalah pemangsa tikus. Ide pun muncul bagaimana bila burung hantu itu dipelihara dan dikembangbiakan untuk memburu tikus sekitar periode tahun 1990 an.
BACA JUGA: Dinas Perkebunan Sumut Fasilitasi Petani Sawit Bermitra dengan Perusahaan
Selepas itu dikutip dari Buku “Anak Penggembala Kambing jadi Planters Sukses” karya Maruli Pardamean, Syaphon mendirikan Pusat Kesehatan Burung Hantu (Puskesburhan) yang bertujuan merawat burung-burung yang sakit atau kurang sehat. Dimana setelah pulih akan dikembalikan ke lepangan atau dimasukan ke kandang yang baru.
Pengembangan burung hantu itu pun ternyata melalui sederet pengujiaan yakni mengenai kemampuan memakan tikus, makanannya spesifik atau tidak, dan cara pengembangbiakannya. Ternyata kemampuan makan tikus burung hantu sehari dua hingga tiga tikus, sebab itu layak dikembangkan terlebih perkembangan tikus lebih cepat.
Ternyata dari hasil pengujian, burung hantu juga hanya menyukai tikus tidak dengan makanan yang lain. Setelah 1 tahun pengujian pertanyaan terakhir terjawab, bahwa seekor burung hantu betina mampu bertelur 4-11 butir sekali periode, dimana setiap periode adalah 4,5-5,5 bulan. Artinya dalam setahun burung hantu mampu bertelur sebanyak 8-22 butir untuk satu ekor induk.
BACA JUGA: DPRD Riau Pelajari Peremajaan Sawit Rakyat Sumut
Perjalanan pengembangbiakan burung hantu tersebut juga ternyata tidak mudah, bahkan Syaphon sempat dianggap kurang waras, lRedaksi Posn kala itu orang-orang masih merasa takut dengan burung hantu, sementara Syaphon justru mengembangbiakan dan menyebarkannya di seluruh areal kebun sawit yang dikelolanya, sehingga banyak orang yang memusuhinya, utamanya masyarakat desa sekitar.
Lebih Lengkap Baca Majalah InhuPost Edisi Juni 2022
Put up Views: 263
Dapatkan update berita seputar harga TBS, CPO dan industri kelapa sawit setiap hari dari InhuPost.com. Mari bergabung di Grup Telegram “InhuPost – Records Update”, caranya klik link InhuPost-Records Update, kemudian be half of. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Bisa juga IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS.