Buku Sejarah Versi Pemerintah Butuh Proses Masuk Kurikulum

KEMENTERIAN Kebudayaan secara resmi telah meluncurkan buku sejarah versi pemerintah pada Ahad, 15 Desember 2025. Buku berjudul ‘Sejarah Indonesia: Dinamika Kebangsaan dalam Arus Global’ itu secara resmi dirilis oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Dalam kesempatan itu Fadli juga menuturkan, buku sejarah terbaru itu akan segera menjadi acuan baru pelajaran sejarah di sekolah.

Direktur Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Restu Gunawan mengatakan, belum ada target tertentu kapan buku sejarah baru itu akan mulai diajarkan kepada siswa di sekolah. “Belum. Kami tidak ada target waktu kapan akan diajarkan,” kata Restu saat dimintai konfirmasi pada Ahad, 21 Desember 2025.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Restu mengatakan, proses pengintegrasian buku sejarah terbaru terhadap kurikulum sekolah butuh waktu yang tidak sebentar. “Untuk masuk kurikulum sekolah prosesnya panjang. Harus disesuaikan jenjang,” kata dia. Restu menyebutkan, proses pengintegrasian itu juga menjadi ranah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah untuk menyesuaikannya ke dalam kurikulum sekolah.

Buku Sejarah Indonesia tersebut diklaim ditulis oleh 123 sejarawan dari 34 perguruan tinggi di Indonesia. Karya ini terdiri atas 10 jilid dengan total 7.958 halaman yang mengulas perjalanan sejarah Indonesia hingga tahun 2024.

Pada jilid pertama hingga ketiga, buku ini menguraikan awal peradaban Nusantara dan interaksinya dengan berbagai peradaban dunia, seperti India, Tiongkok, Persia, hingga Timur Tengah. Jilid keempat membahas perjumpaan dan interaksi awal dengan bangsa Barat. Lalu, jilid kelima menggambarkan dinamika masyarakat Indonesia setelah terbentuknya negara kolonial.

Selanjutnya, jilid keenam mengulas pergerakan kebangsaan, disusul jilid ketujuh yang menyoroti perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Jilid kedelapan membahas konsolidasi negara bangsa, konflik, integrasi, serta kepemimpinan nasional. Jilid kesembilan secara khusus mengkaji pembangunan dan stabilitas pada era Orde Baru. Jilid terakhir memaparkan perjalanan reformasi dan konsolidasi demokrasi sejak 1998 hingga 2024.

Menteri Fadli Zon menjelaskan, buku tersebut ditulis dengan perspektif atau tone yang menekankan sisi positif setiap periode pemerintahan. Penulisan lebih difokuskan pada pencapaian dan peristiwa penting, dan tidak terlalu menyoroti kesalahan masa lalu. “Di masa-masa itu pasti ada kelebihan dan kekurangan. Kami ingin menonjolkan pencapaian, prestasi, dan peristiwa pada zamannya,” kata Fadli pada 6 Juni 2025.

Pendekatan tersebut menuai kritik dari sejumlah akademisi dan organisasi masyarakat sipil. Mereka menilai buku ini berpotensi mengglorifikasi pemerintahan Presiden Soeharto dan rezim Orde Baru, sekaligus mengaburkan fakta pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi pada periode tersebut.

Aktivis hak asasi manusia Suciwati, istri almarhum Munir Said Thalib, mengatakan bahwa penulisan sejarah oleh negara berisiko menghadirkan narasi yang tidak utuh. Menurut dia, penekanan pada tone positif dapat menghilangkan catatan penting sehubungan kasus pelanggaran HAM berat. “Kalau mau menarasikan Soeharto dengan tone yang baik, maka kasus-kasus pelanggaran HAM berat itu akan dihilangkan,” ujar Suciwati, Selasa, 16 Desember 2025.

Hendri Yaputra, Oyuk Ivani Siagian, dan Dede Leni Mardianti berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Pilihan Editor:

Jika Buku Sejarah Indonesia Jadi Bahan Ajar Siswa

  • Related Posts

    25 ABK Korban KM Maulana Terbakar di Perairan Lampung Dipulangkan ke Jakarta

    Jakarta – Proses pencarian 8 Anak Buah Kapal (ABK) Kapal Maulana-30 asal Jakarta terbakar di perairan Tanjung Belimbing Selatan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, masih terus dilakukan. Sementara 25 ABK yang…

    Mendagri Pastikan Pembangunan Hunian Tetap bagi Korban Bencana di Sibolga

    Jakarta – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian menegaskan kehadiran negara melalui pembangunan hunian tetap (huntap) bagi warga terdampak bencana di Kota Sibolga, Sumatera Utara (Sumut). Langkah ini merupakan…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *