Pemprov Jakarta Kirim 15 Toilet Portabel ke Aceh Tamiang

PEMERINTAH Provinsi Jakarta mengirim bantuan berupa toilet portabel ke Aceh Tamiang. Kabupaten di Provinsi Aceh itu adalah salah satu wilayah terdampak paling buruk dari bencana banjir dan tanah longsor akhir November lalu.

Bantuan toilet dari Pemerintah Jakarta dikirimkan melalui Dinas Lingkungan Hidup. “Kepedulian tidak mengenal jarak, Jakarta hadir untuk Sumatera,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Asep Kuswanto dalam keterangannya, Kamis, 18 Desember 2025.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Menurut Asep, bencana dapat mengubah kehidupan masyarakat di manapun terjadi. Seluruh aktivitas bisa jadi pindah ke tempat pengungsian. Namun, dia berujar, setiap orang tetap butuh fasilitas sanitasi yang layak. Maka dari itu pemerintah Jakarta mengirimkan toilet portabel ke Aceh Tamiang.

Asep menyampaikan toilet portabel bukan hanya sekitar fasilitas pendukung. Sebab, toilet krusial untuk menjaga kesehatan pengungsi, menunjang kelancaran tugas petugas lapangan, serta mendukung daya tahan relawan di tengah kondisi darurat.

Dinas Lingkungan Hidup Jakarta mengirimkan setidaknya 15 unit toilet portabel ke Aceh Tamiang. “Ini merupakan bagian dari upaya pencegahan risiko penyakit serta menjaga kebersihan lingkungan di area terdampak bencana,” tutur Asep.

Bencana hidrometeorologis terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada akhir November lalu. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sudah lebih dari seribu orang meninggal akibat banjir dan longsor yang terjadi.

Masyarakat di Aceh mengibarkan bendera putih di sepanjang jalan lintas Sumatera tiga pekan pascabencana yang melanda Sumatera. Bendera itu dipasang di kayu yang ditancapkan di jalan penghubung Kabupaten Aceh Tamiang dengan Kota Langsa.

Bagi masyarakat Aceh, bendera putih itu adalah simbol bahwa mereka telah menyerah untuk menghadapi penanganan banjir Sumatera. “Bendera putih adalah pertunjukan banyak hal, sekaligus rasa marah, frustasi, harapan dan tuntutan untuk diperhatikan selayaknya warga negara,” kata Muhammad Alkaf, warga asal Kota Langsa, Aceh, saat dihubungi pada Selasa, 16 Desember 2025.

Nauval Pally Taran, relawan berusia 33 tahun yang membantu penanganan bencana di Aceh, juga memandang bendera putih sebagai tanda menyerah dari masyarakat setempat. Menurut dia, masyarakat yang tinggal di daerah yang paling terdampak seperti Aceh Tamiang dan Aceh Utara sangat kewalahan menghadapi bencana.

“Sebagai relawan yang turun langsung ke lapangan, kami benar-benar merasakan ketidakberdayaan masyarakat untuk menghadapi dan bisa keluar dari kondisi sulit bencana ini,” kata Nauval.

Novali Panji Nugroho dan Ilham Balindra berkontribusi dalam penulisan artikel ini
  • Related Posts

    72 Ribu Warga Gayo Aceh Masih Terisolir Akibat Jalan Putus Imbas Banjir

    Jakarta – Lebih dari 72 ribu warga di Aceh Tengah dan Bener Meriah hingga kini masih terisolir akibat jalan dan jembatan rusak usai dilanda bencana. Sebanyak 36.045 jiwa terisolir di…

    KPK Tetapkan Kajari, Kasi Intel dan Kasi Datun Kejari HSU Jadi Tersangka

    Jakarta – KPK menetapkan Kepala Kejaksaan Negeri Hulu Sungai Utara (HSU) Albertinus P Napitupulu (APN), Kasi Intel Kejari HSU Asis Budianto (ASB) dan Kasi Perdata dan Tata Usaha Negara (Datun)…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *