
Pakar sebut Indonesia alami ketiadaan model komunikasi politik
- Jumat, 11 April 2025 19:09 WIB
- waktu baca 3 menit

Jakarta (ANTARA) – Pakar komunikasi politik dari LSPR Institute Prof. Dr. Lely Arrianie, MSi., mengatakan bahwa Indonesia mengalami ketiadaan model komunikasi politik.
“Indonesia belum memiliki model komunikasi politik yang jelas, kalaupun ada, kita bisa sebut sebagai model komunikasi politik yang tidak ada model. Kondisi ini berdasarkan dinamika panggung politik sejak reformasi hingga saat ini,” kata Prof. Lely dalam orasi pengukuhannya sebagai guru besar di Jakarta, Jumat.
Menurut hasil penelitiannya, terjadi pergeseran komunikasi politik dari yang bersifat santun dan seragam (pada era orde baru yang tertata) ke arah komunikasi politik yang mengabaikan etika dan budaya politik.
Hal itu karena komunikasi politik yang dapat dikatakan tidak memenuhi etika dan budaya politik. “Sebagai model, tentu memiliki ciri khas yang tetap dan permanen,” jelas dia.
Prof. Lely menjelaskan dengan ketiadaan model komunikasi politik maka semua pilar demokrasi eksekutif, legislatif, dan yudikatif lebih didominasi oleh gaya atau pola komunikasi politik.
Baca juga: Pakar: Perlu ada sistem internal komunikasi yang baik di pemerintahan
Gaya atau ciri khas dari individu politisi dan pola (tindakan yang berulang dari politisi) tersebut menunjukkan lebih kepada gaya dan karakteristik atau sifat individu.
Sementara model merupakan sebuah sistem yang konkret yang dapat menjadi acuan untuk mempelajari kompleksitas sebuah fenomena agar bisa dipelajari atau dianalisa lebih lanjut.
Dia menjelaskan bahwa komunikasi politik yang berlangsung saat ini tidak lagi linear, tetapi bergerak ke arah yang lebih konvergen, sirkular, bahkan lebih transaksional yang ditandai dengan praktik negosiasi yang intens.
Padahal komunikasi politik adalah tentang pertukaran pesan politik bukan lagi penyampaian pesan yang membuat panggung politik lebih kaya impression management, yang menyimpan banyak masalah termasuk warna warni kekerasan fisik maupun psikologis yang disikapi masyarakat sebagai premanisme politik.
Baca juga: Pakar: Komunikasi politik dengan simbol film timbulkan efek atensi
Prof. Lely juga melihat para komunikator politik lebih mengutamakan kepentingan individu, sementara yang diperlukan adalah sebuah model komunikasi politik yang mengedepankan etika, moral, keadilan dan tanggung jawab.
Meski demikian, Prof. Lely optimistis proses komunikasi politik Indonesia sedang berjalan ke arah yang lebih baik, meskipun sampai saat ini Indonesia belum memiliki acuan model politik.
“Komunikasi politik juga berbicara tentang kepemimpinan politik, yang mana dalam kepemimpinan koordinasi, hendaknya bisa menjadi pembicara politik ala motivator yang mengunggah dan membangun kehidupan yang lebih baik,” katanya.
“Meski dapat dikatakan tidak memiliki model komunikasi politik, namun saya optimistis proses politik yang terjadi akan menciptakan komunikasi model politik. Sehingga dapat menjadi acuan praktik komunikasi politik yang berbudaya, dan bertanggung jawab.” imbuh Lely.
Pewarta: Indriani
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2025
Komentar
Berita Terkait
Rekomendasi lain
Gaji pokok PNS berdasarkan golongan tahun 2024
- 2 September 2024
Mengenal sosok tujuh Pahlawan Revolusi
- 24 September 2024
Cara cek penerima KJP yang cair 6 Desember 2024
- 6 Desember 2024
“Attack on Titan: The Last Attack” sudah rilis, di mana menontonnya?
- 11 Februari 2025
Berapa bunga gadai emas di Pegadian? Ini hitungannya
- 2 Agustus 2024
Bacaan Dzikir yang dapat diamalkan pada hari Jumat
- 30 Agustus 2024