Kemenkes: Cakupan vaksin Rotavirus 2025 per Maret baru 5,4 persen

Kemenkes: Cakupan vaksin Rotavirus 2025 per Maret baru 5,4 persen

  • Jumat, 11 April 2025 20:09 WIB
  • waktu baca 3 menit
Kemenkes: Cakupan vaksin Rotavirus 2025 per Maret baru 5,4 persen
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine (tengah) dalam edukasi dalam rangka pencegahan kanker serviks bertajuk “Tenang Untuk Menang” di Jakarta, Selasa (13/8/2024). ANTARA/HO-Mecca Yumna/am.

Tingkatkan kepatuhan pencatatan dan pelaporan imunisasi termasuk KIPI, baik serius maupun non-serius

Jakarta (ANTARA) – Kementerian Kesehatan menyebutkan, cakupan nasional imunisasi Rotavirus 2025 per Maret baru 5,4 persen dari target 16 persen, dan hanya Jakarta yang mencapai target, yakni sebesar 16,7 persen.

Direktur Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine mengatakan dalam webinar “Cegah Bahaya Radang Paru dan Diare Berat pada Anak melalui Imunisasi” di Jakarta, Jumat, menjelaskan bahwa pada 2024, cakupan secara nasional, berdasarkan capaian pemberian vaksin Rotavirus ketiga, baru mencapai 67,7 persen dari target 100 persen.

Baca juga: BRIN jelaskan virus diare pada sapi dan potensi penularan ke manusia

Prima menyoroti pentingnya vaksin tersebut guna mencegah diare berat pada anak melalui sejumlah data. Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2021 dan Laporan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes 2021, 9,8 persen kematian pada bayi di bawah 12 bulan dan 4,55 persen kematian pada balita yakni anak usia 12-59 bulan di Indonesia adalah karena diare.

“Nah, diare ini juga harus segera kita atasi, karena diare ini salah satu penyebab stunting pada bayi dan balita kita,” dia menuturkan.

Karena diare, ujarnya, anak kehilangan zat-zat mikro yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang. Menurutnya, imunisasi adalah salah satu bentuk perlindungan spesifik guna mencegah diare berat pada anak-anak, selain pemantauan kepatuhan minum zinc pada balita dengan diare serta suplementasi zinc di lokasi bencana.

Adapun langkah-langkah preventif, katanya, meliputi pola hidup bersih dan sehat; penyehatan lingkungan seperti tidak dengan buang air besar sembarangan, penyediaan air bersih, dan pengelolaan sampah.

Dia menjelaskan bahwa vaksin Rotavirus merupakan satu dari tiga antigen baru yang ditambahkan dalam program imunisasi nasional, dua yang lainnya berupa vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks dan PCV untuk mencegah pneumonia.

Namun demikian, katanya, masih ada tantangan dalam pemberiannya, contohnya petugas yang kurang percaya diri dalam memberikan imunisasi ganda, kekhawatiran masyarakat dalam menerimanya, serta kurang terampilnya petugas dalam meyakinkan publik agar mau imunisasi ganda.

“Dan tantangan yang berikutnya yang kami lihat di lapangan adalah masih ada lho masyarakat yang belum tahu bahwa ada antigen baru. Ada PCV, ada rotavirus, ada IPV sampai dua dosis sekarang yang sudah kita masukkan di dalam program imunisasi nasional kita,” katanya.

Terkait tantangan pemberian vaksin Rotavirus, jadwal imunisasi kejarnya sangat sempit, di mana rentangnya hanya sampai anak berumur 6 bulan 29 hari.

Baca juga: Dokter: Rotavirus sebabkan 90 persen kasus diare pada bayi dan anak

Selain itu, katanya, publik takut terhadap efek samping pemberian imunisasi atau KIPI. Prima menilai tantangan lainnya adalah karena sistem pencatatan dan pelaporan belum optimal.

Oleh karena itu, Prima pun memotivasi para tenaga kesehatan agar memberikan imunisasi sesuai prosedur secara lebih percaya diri, karena apabila mereka ragu, publik juga ikut ragu. Kemudian, katanya, perlu memaksimalkan edukasi seputar PCV dan vaksin Rotavirus di media sosial agar cakupan semakin meningkat.

“Tingkatkan kepatuhan pencatatan dan pelaporan imunisasi termasuk KIPI, baik serius maupun non-serius,” katanya.

Dia juga mengingatkan bagi nakes untuk menanyakan riwayat imunisasi setiap kali bertemu dengan balita, guna memastikan orang tuanya melengkapi status imunisasi anak.

Pihaknya juga berupaya agar para perempuan pekerja yang memiliki anak yang menjadi target imunisasi dapat membawa anaknya mendapatkan layanan itu, mengingat jadwal yang tidak pas menjadi salah satu alasan kurangnya cakupan imunisasi.

“Untuk mereka bisa juga mendapatkan hak, tidak dipotong cuti ketika mereka membawa anak mereka ke layanan imunisasi​,” ujarnya.

Baca juga: Bio Farma targetkan produksi vaksin Rotavirus dan Rubella dimulai 2025

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Venue konser The TENSE harum semerbak, diberi parfum racikan Taeyeon

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Venue konser The TENSE harum semerbak, diberi parfum racikan Taeyeon Minggu, 13 April 2025 00:56 WIB waktu baca…

    Kejagung tetapkan Ketua PN Jaksel tersangka kasus suap Rp60 miliar

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Kejagung tetapkan Ketua PN Jaksel tersangka kasus suap Rp60 miliar Minggu, 13 April 2025 00:52 WIB waktu baca…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *