Menjalani Lebaran dalam balutan duka

Lebaran

Menjalani Lebaran dalam balutan duka

  • Oleh M. Riezko Bima Elko Prasetyo
  • Selasa, 1 April 2025 00:24 WIB
  • waktu baca 4 menit
Menjalani Lebaran dalam balutan duka
Ilustrasi – Salah satu pasien yang di rawat du Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu (4/5/2022) (ANTARA/Akhyar)

Jakarta (ANTARA) – Lebaran atau Idul Fitri seharusnya menjadi momen penuh kebahagiaan, ditandai dengan gema takbir dan tahmid bersahut-sahutan di udara dan wajah-wajah berseri menyambut hari kemenangan. Namun, bagi sebagian Muslim, takbiran tahun ini diiringi dengan air mata dan doa yang lirih.

Seperti yang dialami Rahmat (54), yang menghabiskan malam sebelum Lebaran di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Siti Fatimah Az-Zahra di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Alih-alih merayakan malam takbiran di rumah bersama keluarga, ia harus mendampingi istrinya yang tengah berjuang melawan sakit.

Di malam Lebaran, suara monitor medis berpadu dengan langkah cepat perawat yang berpindah dari satu ranjang pasien ke ruangan lainnya. Sementara itu, lantunan takbir “Allahu akbar… Allahu akbar… Wa lillahil hamd…” mulai menggema dari masjid-masjid, mengingatkan bahwa malam itu seharusnya menjadi malam kebersamaan di rumah, bukan di ruangan beraroma obat-obatan.

Rahmat tampak tenang, meski dalam hatinya bergelut kekhawatiran. Ia duduk bersandar di sudut ruangan, matanya menatap gorden yang menutupi tempat tidur sang istri, yang tengah menjalani perawatan intensif dengan tubuh dipenuhi selang medis. Dengan tatapan penuh harap, ia menggenggam kedua tangannya, menyalurkan doa dalam diam untuk kesembuhan belahan jiwanya.

Suasana ruangan IGD, malam itu semakin tegang. Beberapa perawat keluar masuk dari balik tirai tempat istrinya dirawat. Dari mereka tampak membawa rak dorong yang bermuatan sejumlah peralatan medis, salah satunya serupa alat pemacu detak jantung. Sementara itu, pasien terus berdatangan, nyaris memenuhi belasan ranjang pemeriksaan yang tersedia.

Di ruangan yang bersebelahan, Doni (24) juga merasakan kesedihan yang mendalam. Ia harus menemani saudara iparnya yang tiba-tiba mengalami vertigo dan gerd akut setibanya di Palembang pada Sabtu (29/3) malam. Sesekali, Doni dan Rahmat berbincang, saling menguatkan di tengah suasana yang penuh kecemasan.

Cobaan yang dihadapi Doni belum berhenti di situ. Sehari sebelumnya, ia menerima telepon dari saudaranya yang membawa kabar duka, sang kakek, yang sekaligus menjadi sosok ayah bagi keluarga besarnya, telah meninggal dunia pada Jumat (28/3) malam, beberapa jam setelah berbuka puasa. Udara dingin di ruang IGD terasa semakin menusuk. Bingung dan sedih bercampur dalam hati.

Kabar duka itu pula yang membuatnya harus pulang kampung. Padahal, ia sekeluarga besar, termasuk almarhum kakeknya hendak berkumpul merayakan Hari Raya di Jakarta. Tiket pesawat jauh hari sebelumnya sudah dipesan, dan dijadwalkan terbang pada H+3 Lebaran.

Tetapi kabar duka datang mendahului. Orang terkasih itu berpulang dengan tenang menghadap ke haribaan Allah. Momen Lebaran Idul Fitri 1446 Hijriah menjadi perjalanan yang tidak ringan bagi pegawai perusahaan otomotif di Jakarta itu.

Susunan tenda dan bendera hijau dengan bordir tulisan “Innalillahi wa inna ilaihi raji'un” dalam huruf Hijaiyah yang terpampang di halaman rumah menyambut kedatangannya di kampung yang berlokasi di Kelurahan Sukajaya, Palembang. Rumah itu sekaligus tempat sang kakek mengembuskan napas terakhir di usianya yang ke-79 tahun. Lebaran yang diharapkan-harapkan, berubah menjadi hari perpisahan.

Di tengah suasana kesedihan, hadir tangan-tangan yang penuh kepedulian. Para tetangga, keluarga, hingga kerabat, baik dari dalam maupun luar kota, bukan hanya menyampaikan belasungkawa, tetapi juga turun tangan membantu keluarga yang ditinggalkan.

Di saat yang lain sibuk menyiapkan perayaan Lebaran, mereka datang dengan penuh keikhlasan. Ada yang membantu mengurus pemakaman, menyolatkan jenazah, mengantarkan ke tempat peristirahatan terakhir, hingga menggelar tahlilan. Para ibu membawa sembako yang dimasak bersama-sama, menjadi makanan bagi para pelayat. Tidak ketinggalan, teman-teman masa kecil turut serta menyiapkan segala keperluan doa bersama.

Solidaritas ini menjadi penghangat di tengah duka. Semua itu menyiratkan pesan bahwa Idul Fitri bukan hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga tentang keteguhan hati dan kasih sayang dalam bentuk yang lebih dalam.

Kehilangan orang terkasih mengajarkan bahwa cinta tidak selalu hadir dalam canda dan tawa, tetapi juga dalam genggaman tangan yang erat, pelukan yang penuh makna, serta doa yang mengalir tanpa henti.

Lebaran kali ini terasa berbeda bagi Doni. Keramaian tetap ada, tetapi ada kesunyian yang menyertainya. Jejeran toples kaca berisi kue kering, ketupat, rendang, dan opor ayam masakan ibunda tetap tersaji di meja di rumahnya. Namun, tanpa kehadiran sang kakek, semua itu terasa kurang bermakna. Tidak ada lagi pelukan hangat saat sungkeman selepas Shalat Idul Fitri, seperti sebelum-sebelumnya.

Meski begitu, selalu ada cahaya kehangatan. Kehadiran orang-orang terkasih yang saling menguatkan membuktikan bahwa Idul Fitri tetap memiliki makna yang mendalam. Solidaritas, kepedulian, dan kasih sayang adalah esensi sejati dari Lebaran, meski mereka yang dicintai telah tiada.

Mendengar kisah-kisah seperti ini, tak berlebihan rasanya untuk memberikan apresiasi kepada para tenaga kesehatan di RSUD yang belum genap 10 tahun berdiri itu. Di tengah suasana hari raya, mereka rela meninggalkan keluarga untuk tetap menjalankan tugas kemanusiaan dengan penuh dedikasi.

Besar harapan dari pelayanan yang dilakukan dengan keikhlasan dan profesionalisme itu bisa memperbesar peluang kesembuhan bagi para pasien, sehingga bisa berkumpul kembali bersama keluarga yang tentu semua atas seizin Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa.

Dari sini pula makna Idul Fitri yang mengajarkan bahwa kekuatan sejati lahir dari kasih sayang dan kepedulian antarsesama.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2025

Komentar

Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Berita Terkait

Rekomendasi lain

  • Related Posts

    Menlu: Pemerintah kirim bantuan gempa ke Myanmar pada Kamis

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Menlu: Pemerintah kirim bantuan gempa ke Myanmar pada Kamis Rabu, 2 April 2025 17:17 WIB waktu baca 2…

    Polisi: Arus kendaraan di tol Jateng dipadati pemudik lokal

    English Terkini Terpopuler Top News Pilihan Editor Pemilu Otomotif Antara Foto Redaksi Polisi: Arus kendaraan di tol Jateng dipadati pemudik lokal Rabu, 2 April 2025 17:16 WIB waktu baca 2…

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *