
Waspadai “sindrom Yo-yo” akibat jalani diet tidak sehat
- Kamis, 27 Februari 2025 20:47 WIB
- waktu baca 2 menit

Jakarta (ANTARA) – Dokter spesialis gizi klinik lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Mulianah Daya, M.Gizi, Sp.GK menyampaikan menjalani diet yang salah kaprah atau ekstra dan tidak sehat bisa menimbulkan sindrom Yo-yo.
Menurut dia, sindrom Yo-yo merujuk pada fluktuasi berat badan yang naik dan turun dalam waktu singkat.
“Yo-yo itu artinya dalam waktu 1 tahun itu akan ada kaitan berat badan, berat naik 5 kilo turun naik 5 kilo dalam waktu kurang dari 3 bulan dan itu terjadi 2-3 kali. Itu kategorinya namanya Yo-yo,” kata dr. Mulianah Daya, M.Gizi, Sp.GK dalam diskusi “Diet Itu Mesti Nyaman”, di Jakarta, Kamis.
Dalam hal ini Dokter Mulianah mencontohkan jika seseorang dengan berat badan 60 kilogram (kg) dengan lemak sekitar 20, kemudian dia naik berat badannya menjadi 80 kg dan lemaknya bertambah (misal dari 20 ke 40).
Baca juga: Pilihan diet tidak sehat penyebab berat badan sulit turun
Baca juga: Pasien pascastroke disarankan terapkan pola makan DASH
Lalu turun lagi ke 60 kg dan lemaknya tetap 40. Hal ini lantaran yang berkurang bukan jumlah lemak, namun yang berkurang hanya ukuran lemak menjadi lebih kecil.
“Jadi sel itu sel lemak bisa terjadi hipertrofi (peningkatan ukuran sel) dan juga hiperplasia (penambahan jumlah sel) naik jumlah dan naik ukuran. Ini yang seram pada Yo-yo,” ujarnya.
Dia menjelaskan lemak dalam tubuh bisa masuk kemana saja, seperti bisa masuk ke dalam organ, yang disebut lemak visceral atau lemak perut. Dalam hal ini lemak perut tidak hanya di bawah kulit perut, namun juga termasuk di dalam-dalam organ khususnya di liver, pankreas, di mana hal itu yang bahaya apabila tidak terkontrol.
“Semakin kita Yo-yo atau semakin kita naik berat badan. Dietnya tidak dijaga, berat badannya ngga dijaga, kita bukan cuma numpuk lemak, tapi lemak-lemak menurunkannya susah (lemak dalam),” ucapnya.
Lebih lanjut Dokter Mulianah menambahkan bahwa menurut beberapa penelitian seseorang yang mengalami Yo-yo dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
“Pasien yang mengalami Yo-yo atau penimbunan masa lemak yang cenderung berlebih, hipertrofi dan hiperplasia lemak, resiko kardiovaskular-nya bisa 1,5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan yang tidak Yo-yo,” ujarnya.
Baca juga: Pemanis buatan pada soda diet tingkatkan risiko kena serangan jantung
Baca juga: Puasa intermiten dapat berpengaruh pada tumbuh kembang remaja
Baca juga: Makanan yang baik dikonsumsi untuk menurunkan berat badan
Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025
Komentar
Berita Terkait
Pilihan diet tidak sehat penyebab berat badan sulit turun
- 24 Februari 2025
Tips memilih menu sarapan yang sehat dan praktis
- 11 Februari 2025
Siasat mengatasi stagnasi dalam upaya menurunkan berat badan
- 10 Februari 2025
Pasien pascastroke disarankan terapkan pola makan DASH
- 5 Februari 2025
Langkah sederhana untuk menurunkan berat badan di usia 50 tahun
- 27 Januari 2025
Simak kembali warta tentang wisata libur Imlek, kiat diet sehat
- 26 Januari 2025
Studi ungkap jenis olahraga yang bantu kurangi nafsu makan
- 23 Januari 2025
Mengurangi konsumsi daging merah lebih baik bagi kesehatan otak
- 16 Januari 2025
Pakar sebut konsumsi makanan seimbang kunci lawan obesitas
- 16 Januari 2025
Rekomendasi lain
Kisah Mayor Teddy: Dari ajudan hingga sekretaris kabinet
- 21 Oktober 2024
Cara mudah daftar jadi pangkalan resmi gas elpiji 3kg
- 3 Februari 2025
Cara buka rekening BNI, lebih mudah lewat mobile banking
- 1 Agustus 2024
Asal-usul Bobby, kucing peliharaan kesayangan Presiden Prabowo
- 28 Oktober 2024
Catat, ini waktu terbaik shalat istikharah
- 27 Juli 2024
Profil Abdul Faris Umlati “AFU” Cagub Papua Barat Daya 2024
- 6 September 2024
Lirik lagu “Akhirnya Ku Menemukanmu” – Naff
- 4 September 2024
Daftar juara Man United, terbanyak di Liga Inggris?
- 27 November 2024