
Dua spesies mangrove terancam punah di dunia hidup di Donggala
- Kamis, 20 Februari 2025 01:21 WIB
- waktu baca 2 menit

Sonneratia ovata dan Bruguiera cylindrica adalah spesies mangrove berstatus terancam punah di dunia yang masih dapat ditemui di Kecamatan Banawa Selatan, Donggala
Jakarta (ANTARA) – Sebanyak dua spesies mangrove yang sudah berstatus terancam punah di dunia dilaporkan oleh peneliti kehutanan masih hidup subur di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
Pernyataan tersebut diungkapkan peneliti dari Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako, Dr Bau Toknok yang ditemui seusai peluncuran Program Climate Smart Shrimp dan penanaman mangrove di Donggala, Rabu.
Baca juga: Ahli: Petambak udang di Donggala mesti didorong peduli dengan mangrove
Toknok mengungkapkan bahwa Sonneratia ovata dan Bruguiera cylindrica adalah spesies mangrove berstatus terancam punah di dunia yang masih dapat ditemui di Kecamatan Banawa Selatan, Donggala.
Adapun status kedua spesies mangrove yang terancam punah itu diketahui berdasarkan daftar merah dari lembaga konservasi biodiversitas dunia (UICN).
“Ya, itu yang terancam punah menurut UICN, dan keduanya masih ada di sini,” kata dia.
Meski tidak menjelaskan secara rinci keberadaan pastinya dimana tetapi, dia menegaskan bahwa kedua spesies mangrove tersebut masih bisa dikembangkan sehingga populasinya tetap lestari, seperti untuk menunjang budidaya udang.
Baca juga: KPC jaga keanekaragaman hayati di kawasan mangrove Tanjung Bara
Menurutnya berdasarkan data total luas vegetasi mangrove di Banawa Selatan ada sekitar 300 hektare, di mana seluas 9,64 hektare di antaranya sudah berstatus hutan lindung di Desa Lalombi, Banawa Selatan.
“Kalau di Desa Lalombi kami belum melihatnya, tapi ada di desa sebelah dan masih mungkin untuk dikembangkan. Asalkan semua ikut berperan untuk menjaganya juga,” ujarnya.
Climate Smart Shrimp (CSS) merupakan metode budidaya udang berkelanjutan yang bertujuan untuk memulihkan ekosistem mangrove sekaligus meningkatkan hasil produksi tambak udang dengan cara yang ramah lingkungan.
Dalam hal ini tim peneliti dari Yayasan Konservasi Indonesia, Fakultas Kehutanan Tadulako, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan perusahaan rintisan pengelolaan budidaya udang berbasis teknologi, JALA, menjalin kolaborasi mengembangkan metode budidaya Climate Smart Shrimp itu memanfaatkan lahan bekas tambak rakyat seluas 10 hektare di Desa Lalombi.
Baca juga: Peneliti pulihkan mangrove terintegrasi budidaya udang di Donggala
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025
Komentar
Berita Terkait
Bermula dari suka seafood, bermuara pada ketahanan pangan
- 20 Januari 2025
Peneliti ungkap adanya ciri kerja paksa dalam industri udang
- 6 November 2024
Dislutkan Kalteng-UGM observasi lapangan ekspor perikanan
- 17 September 2024
Rekomendasi lain
WhatsApp GB, ini penjelasan, keunggulan, dan risikonya
- 9 Oktober 2024
Hukum merokok dalam Islam
- 18 September 2024
Daftar 98 pinjol resmi terdaftar OJK terbaru 2024
- 2 Oktober 2024
10 sungai terpanjang di dunia, sebagai keajaiban alam
- 21 September 2024
Cara menjaga battery health ponsel tidak cepat turun
- 16 Juli 2024
Lirik lagu Oasis “Stand By Me” tentang dukungan saat masa sulit
- 18 September 2024